Darah dipompa oleh jantung masuk kedalam arteri besar, arteri kecil, arteriola, kapiler, venula, vena kecil, vena besar dan kembali ke jantung. Tempat pertukaran antara darah dan udara inspirasi serta antara darah dan jaringan, sebenarnya terjadi antara kapiler dan venula. Sebagian besar jala kapiler dari sistem vaskuler disertai dengan pleksus kapiler yang termasuk ke dalam sistem limphatik, dan berfungsi menampung sisa darah yang tidak dapat diangkut kembali oleh sistem vena.
Sistem respirasi merupakan tempat terjadinya pertukaran gas antara darah dan udara. Sistem respirasi dibagi menjadi dua bagian pokok yaitu : bagian konduksi dan bagian respirasi. Bagian konduksi berperan sebagai pencuci, memanasi atau mendinginkan dan membuat udara lebih lembab, sedangkan bagian konduksi merupakan tabung yang menghubungkan dunia luar dan paru-paru, terdiri atas : hidung, faring, laring, trakea, bronkhi dan bronkhioli.
3.1 Kavum Nasi
Terdiri atas tiga bagian yakni : Regio vertibularis, regio respiratorius dan regio olfaktorius.
a. Regio vestibularis
Tunika mukosa mengandung pigmen, dilapisi epithelium squomus komplek dengan korpus papillare, banyak mengandung rambut yang berguna untuk menyaring udara. Dibawah epithelium terdapat lamina propria dengan glandula serosa, dibawahnya terdapat sub mukosa yang kaya akan vasa dan nervi. Pada Nares anteriores berubah menjadi kulit luar. Pada kuda banyak mengandung rambut, glandula sebasea dan glandula tubuler.
b.Regio respiratorius
Pada regio ini epithel squomus komplek berubah menjadi epitel kolumner komplek dan kemudian menjadi epithel pseudo-komplek bersilia dengan beberapa sel piala. Membrana basalis banyak mengandung serabut retikuler, pada lamina propria banyak serabut elastis, terdapat banyak leukosit dan nodus limfatikus. Pada lamina propria banyak ditemukan glandula tubulo-alveolar yang kebanyakan bersifat serosa, tetapi ada juga yang bersifat mukosa dan campuran. Pada karnivora glandulanya kecil dan sangat jarang. Sekresinya membuat udara respirasi menjadi lebih lembab.
Sub mukosan terdiri atas jaringan kolagen yang banyak mengandung pleksus venosus dan bersifat erektil. Banyaknya pleksus venosus membantu memanasi udara inspirasi. Sub mukosa berbatasan langsung dengan periosteum atau perikhondrium dari septum nasi.
c.Regio Olfaktorius
Warna dari bagian ini berbeda dengan dua bagian diatas, karena banyak mengandung pigmen. Pada kuda dan sapi berwarna kuning muda, biri-biri kuning, kambing gelap, babi coklat dan karnivora berwarna kelabu pada bagian ini banyak ditemukan glandula tubuler.
Epithelium olfaktorius terdiri atas tiga macam sel epithelium yakni: Sel sustentakulum, basal dan olfaktorius. Sel sustentakulum ukurannya tinggi, langsing, dengan elektron mikroskop terlihat sel ini mempunyai jungsion komplek yang berhubungan dengan sel olfaktorius atau sel sustentakulum tetangganya. Permukaan bebasnya banyak mengandung mikrovilli. Bagian apeks terdapat golgi komplek dan granula berpigmen. Pada beberapa spesies sel sustentakulum bersifat sekretorik dan mengnadung banyak granula musigen. Diantara bagian basal sel sustentakulum terdapat sel yang menyusun diri dalam satu lapisan sel. Sel ini mempunyai nukleus gelap dan mempunyai prosessus bercabang.
Sel olfaktorius bersifat kapiler dan tersebar diantara sel sustentakulum. nukleusnya berbentuk bulat dan terlihat dalam suatu barisan antara sel sustentakulum dengan jaringan ikat. Bagian apeks dari sel merupakan modifikasi dari dendrit berupa prosessus yang berbentuk silindris dari nukleus kepermukaan epithelium.
Ujung proksimalnya meruncing membentuk filament halus tebal satu mikron, dan ini merupakan akson serabut saraf dari nervus olfaktorius. Berjalan menembus jaringan ikat dan bersama dengan akson yang lain membentuk berkas sebanyak 20 buah yang dikenal dengan nama Fila olfaktorius. Sitoplasma sel olfaktorius banyak mengandung neurofibril terutama dekat nukleus. Pada tempat ditemukannya jungsional komplekses sel sedikit mengalami konstriksi.
Dibagian distal dari bagian ini sel menggembung dan keluar lendir, bagian ini disebut Vesicula olfaktoria, dari sini keluarlah enam sampai delapan buah silia olfaktoria. Silia ini bersifat non motil dan sangat panjang, silia ini merupakan komponen dari organa sensorik yang dapat distimulasi dengan substansi berbau.
Serabut saraf tak bermielin dari nervus olfaktorius diikat bersama dengan jaringan ikat yang halus hanya dengan makrofag. Melalui foramen kribiformis dari os. ethnoidale masuk dalam bulbus olfaktorius otak. Membrana mukosa olfaktoria juga diinervasi saraf bermielin berasal dari nervus trigeminus. Ujung saraf ini berakhir pada permukaan bebas pada sel sustentakulum dan merupakan reseptor stimuli yang tak bersifat bau.
Lamina propria bersatu dengan periosteum, didalamnya terdapat sel berpigmen dan sel limfoid. Dibawah epithelium lamina propria hanya pleksus kapiler. Lebih ke profundal terdapat pleksus, vena besar dan jala padat, kapiler limfe. Kapiler limfe ini kemudian menuju ke saluran limfe besar dibagian samping kepala. Lamina propria dan regio olfaktorius banyak mengandung glandula olfaktoria tubulo alveolar bercabang. Pars sekretoriknya sejajar dnegan permukaan sedangkan duktus ekretoris tegak lurus dan bermuara dipermukaan.
Sinus para-nasalis dilapisi dengan membrana mukosa yang sedikit berbeda dengan kavum nasi, glandula lebih sedikit dan bersifat serosa. Glandula nasi lateralis bersifat serosa, glandula ini tidak ditemukan pada manusia dan sapi. Mukosa dari duktus insisivus sebagian diliputi dengan kartilago hialin yang padat. Banyak ditemukan glandula tubuler yang bersifat serosa dan campuran, leukosit dan nodulus limfatikus.
Cavum Nasi Burung
Mukosa olfaktoriusnya mirip dengan mamalia. Cavum nasi berhubungan dengan kavum oris melalui khoana, mukosanya dilapisi oleh epithel pseudokomplek bersilia dengan sel piala, lamina propria tidak banyak terdapat limfosit. Epithelium dari regio respiratorius segera berubah menjadi epitel squomus komlek dari kavum oris pada tepi khoana. Glandula nasi lateralis terdapat pada os. frontale dekat khantus medialis mata. Produknya dikeluarkan didalam cavum nasi dan menjaga supaya lubang hidung tidak kering pada waktu terbang.
Histofisiologi
Stimulus bau mungkin bersifat kimia, sekresi glandula Bowman menghasilkan pelarut yang cukup dan menjaga permukaan epithelium olfaktorius tetap basah. Substansi lebih mudah larut dalam lipida dari pada dalam air. Sel olfaktorius dan silianya banyak mengandung lipida, sehingga substansi yang berbau, meski dalam jumlah yang sedikit dapat menjadi cukup kental dalam regio olfaktorius.
Sinus Paranasalis
Merupakan sinus tambahan dari kavum nasi terdiri atas sinus frontalis, ethnoidalis, spehnoidalis dan maksillaris. Epithelium yang melapisi sama dengan kavum nasi tetapi lebih sedikit mengandung glandula. Silia bergerak menghilangkan benda asing ataupun mukus kering ke kavum nasi. Mukosanya melekat erat ke peri osteum.
Sinus Paranasalis
Merupakan sinus tambahan dari kavum nasi terdiri atas sinus frontalis, ethnoidalis, sphenoidalis dan maksillaris. Epithelium yang melapisi sama sengan kavum nasi tetapi lebih sedikit mengandung glandula. Silia bergerak mengusir benda asing ataupun mukus kering ke kavum nasi. Mukosanya melekat erat ke peri-osteum.
2. FARING.
Terdiri atas pars respiratoria (nasofaring) dan pars digestoria (orofaring). Dinding dorsal palatum molle terdiri atas mukosa dan tulang, sedangkan dinding faring dibentuk oleh mukosa, fasia pharingea interna, otot seran lintang fasia faringea eksterna dan tunika adventitia yang bersifat longgar.
Nasofaring dilapisi dengan epithelium pseudo-kompleks bersilia, orofaring dengan epitel squomus komplek. Lamina propria orofaring terdiri atas jaringan fibroelastis dan banyak mengandung glandula mukosa serta mempunyai banyak jaringan limfatik. Pada nasofaring umumnya bersifat muko-serosa fasia paringea interna terdiri dari serabut longitudinal dan sirkuler yang tebal. Fasia faringea externa terdiri atas membran fibrosa padat dengan jala serabut elastis. Tunika adventitia berupa jaringan ikat longgar.
Dinding faring banyak mengandung pembuluh darah dan limfe. Pembuluh limfe ini berhubungan dengan pembuluh limfe kavum nasi. Serabut saraf membentuk pleksus superfisial dan profundal.
3. LARING
Laring tersusun atas kartilago hialin dan elastis yang membentuk tabung panjang dan kurang teratur, dilapisi oleh jaringan ikat, otot serat lintang dan membrana mukosa dengan glandula. Laring merupakan penghubung faring dan trakhea.
Rangka laring tersusun atas beberapa kartilago thiroidea, krikoidea dan epiglotis bersifat tunggal, sedangkan kartilago aritenoidea, kornikulata dan kuneiformis sepasang. Otot external laring berhubungan dengan otot dan ligamentum di sekitarnya dan membantu mekanisme menelan. Otot internal menghubungkan kartilago satu dengan yang lain dan kontraksinya menyebabkan bentuk kavum laring berubah-ubah dan memberikan tipe produksi suara.
Mukosa vestibulum sampai margo kranialis dari plika vokalis dilapisi oleh epithelium squomus komplek sedangkan bagian yang lain dilapisi oleh epithel pseudo-komplek bersilia, sehingga permukaan epiglotis, aritenoidea dan plika ariepiglotika dilapisi oleh epithel squomus komplek.
Lamina propria dibentuk oleh jaringan ikat dengan banyak serabut elastis, banyak ditemukan jaringan limfoid dengan nodulus limfatikus dan glandula yang bersifat serosa, mukosa dan campuran. Nodulus limfatikus banyak ditemukan pada sapi dan kemudian berkurang jumlahnya pada kuda, babi dan karnivora.
Sub-mukosa tipis, dibawahnya terdapat lapisan otot serat lintang. Pada ruminansia tidak ditemukan sakulus laringis. Pada kuda bagian ini dilapisi epitel pseudo-complek bersilia, pada babi dan karnivora oleh epitel squomus komplek.
Pembuluh darah membentuk pleksus perikhondral pada sub mukosa, juga ditemukan jala pri-glanduler dan jala padat sub-epithelial. Pembuluh limfe membentuk jala padat superficialis dan provundal. Saraf sensorik berasal dari nervus laringis inferior.
4. TRAKEA
Struktur histologi trakea terdiri atas : (1).Tunika mukosa terdiri atas epitel pseudo-komplek bersilia dengan membrana basalis, lamina propria, lapisan serabut elastis longitudinal. (2). Sub mukosa dengan glandula, membrana fibro-elastis dengan cincin kartilago, (3). Lapisan otot yang hanya ditemukan di bagian dorsal dan (4). Tunika adventitia.
Banyak ditemukan sel piala diantara epithelium, demikian juga dengan leukosit. Gerak silia kearah hidung berguna untuk mengusir partikel debu. Banyak hewan mempunyai membrana basalis rudimenter. Lamina propria terdiri atas serabut halus dengan banyak limfosit.
Pembatas sub-mukosa adalah membrana fibroelastis yang mengambil tempat seperti membrana muskularis mukosa, sub-mukosa kaya akan serabut elastis dan lemak dan melekat pada perikhondrium cincin kartilago. Bagian provundal dari lamina propria dan submukosa mengandung banyak glandula tubuler campuran terutama banyak ditemukan dibagian ventral dan lateral. Pada biri-biri, nodulus limfatikus ditemukan pada mukosa.
Cincin kartilago dibungkus oleh membran fibrosa, cincin ini menjaga agar trakhea jangan kolap, terutama saat esofagus dilalui bolus makanan. Dibentuk oleh kartilago hialin yang pada hewan tua sering mengalami kalsifikasi atau ossifikasi, cincin ini tidak sempurna menutup pada bagian dorsal.
Tunika muskularis disusun atas muskulus transversus trakhea berupa otot polos dengan arah melintang pada bagian dorsal. Pada kuda ruminansia dan babi terletak sebelah medial ujung cincin . Tunika adventitia terdiri atas serabut elastis dan kolagen yang longgar dengan banyak jaringan lemak, vasa dan nervi. Vasa darah membentuk pleksus submukosa, periglanduler dan sub epithelial, sedangkan vasa limfe membentuk jala provundal dan superfisial, saraf yang menginervasi terdiri atas saraf bermielin dan tak bermielin.
Trakea Burung
Kartilago berupa cincin yang sempurna dan pada burung air, kartilago ini banyak mengalami osifikasi. Epitheliumnya adalah epithel pseudo-komplek bersilia yang banyak membantu kripte seperti mukosa kavum nasi. Lamina propria banyak ditemukan limfosit.
5. PARU (PULMO)
Struktur pulmo mirip dengan glandula alveolar komplek. Terletak dalam kavum torakis dan bentuknya berubah-ubah sesuai dengan irama respirasi. Pulmo disusun rangka penyokong berupa kapsula dan jaringan ikat interstitialis, bagian konduksi dalam pulmo dan bagian respirasi. Kapsula pulmo berupa membrana serosa yang disebut pleura viseralis, kapsula memiliki banyak serabut otot polos.
Pada sapi kapsula ini paling tebal sedangkan karnivora paling tipis. Lapisan superfisial dibatasi oleh mesothelium. Dibawah epithelium terdapat jala serabut elastis yang memisahkan serosa dengan sub-serosa. Sub-serosa terdiri atas serabut kolagen, selanjutnya jaringan ini melanjutkan diri ke lobulus pulmo sehingga dalam sub serosa juga ditemukan nodulus limfatikus.
Pulmo terbagi atas lobus, sedangkan lobus dibagi menjadi lobulus oleh jaringan ikat tipis yang disebut septa. Lobulus berbentuk piramid. Piramid tersebut tersusun sedemikian rupa sehingga bagian apex mengarah kehilus pulmo, sedangkan bagian basisnya mengarah ke permukaan pulmo. Tiap lobulus menerima cabang dari bronkhus primarius (merupakan cabang dari trakhea) sedangkan lobulus menerima bronkhiolus kecil.
Bronkhus
Trakhea bercabang menjadi dua disebut bronkhus primarius. Tiap bronkhus primarius bercabang sesuai dengan jumlah lobi. Bronkhus masuk ke dalam pulmo melalui hilus, cabang bronkhus primarius yang masuk kedalam lobulus disebut bronkhiolus. Dibandingkan dengan bronkhus maka bronkhiolus lebih kecil (diameter kurang dari satu mm ) epitheliumnya kolumner bersilia, dan tidak mempunyai kartilago. Bronkhiolus akan bercabang lagi membentuk cabang lebih kecil. Cabang terkecil yang masih termasuk dalam bagian konduksi disebut bronkhiolus terminalis. Didalam tiap lobulus ditemukan 50 –80 bronkhiolus terminalis (manusia), bronkhiolus terminalis melanjutkan diri sebagai satu, dua atau lebih bronkhiolus respiratorius, ini bercabang lagi menjadi dua sampai sebelas duktus alveolaris yang dindingnya dibatasi oleh bangunan berupa rumah lebah yaitu mulut lebar, sakus alveolaris yang merupakan bagian terujung.
Sebelum bronkhi masuk kedalam pulmo strukturnya mirip dengan trakhea, tapi setelah masuk kedalam pulmo maka cincin kartilago diganti dengan lempeng kartilago yang bentuknya tidak teratur yang secara sempurna membatasi bronkhi. Disamping itu ditemukan juga lapisan otot polos yang sempurna, lempeng kartilago menghilang setelah diameternya mencapai satu mm.
Bronkhus ditutup oleh epitel pseudo-komplek basilia, lamina proprianya dibentuk oleh serabut elastis dengan sedikit serabut kolagen dan retikuler. Pada pemotongan melintang bronkhus permukaannya kelihatan bergelombang karena kontraksi otot polos yang terdapat pda dinding. Gambaran ini akan hilang apabila pulmo teregang .
Dibawah mukosa terdapat otot polos yang tidak pernah membenuk cincin yang sempurna seperti halnya pada vasa darah, tetapi membentuk berkas yang terputus-putus. Diantara serabut otot polos banyak terdapat serabut elastis . Jala vasa yang padat banyak menembus jaringan fibro-elastis tersebut.
Lapisan yang terluar berupa jaringan ikat padat yang banyak mengandung serabut elastis. Bagian ini menyelubungi lempeng kartilago dan melanjutkan diri ke jaringan ikat sekitarnya dan jaringan ikat vasa yang berjalan bersamanya. Sampai pada tempat ditemukan lempeng kartilago yakni dibawah lapisan muskulus. Terutama pada tempat percabangan bronkhi terdapat jaringan limfatik yang bersifat difusa kadang dengan nodulus limfatikus terdapat secara tak teratur pada mukosa dan jaringan fibrosa disekitar kartilago.
Makin kecil ukuran bronkhi atau bronkhioli maka lapisan dinding makin tipis, tetapi lapisan otot polosnya masih tetap ditemukan sebagai komponen yang menjolok, bahkan masih tetap ditemukan pada dinding yang membatasi duktus alveolaris.
Bagian Respirasi dari Pulmo
Lobulus primarius merupakan unit fungsional dari pulmo, disusun atas bronkhiolus respiratorius termasuk duktus alveolaris, sakus alveolaris, alveoli, vasa, saluran limfe, nervi dan jaringan ikat.
Bagian respirasi tampak sebagai bangunan, berupa ruang dan dipisahkan oleh septa dengan dinding tipis. Diberbagai tempat ditemukan bronkhi dengan dinding tebal serta arteri dan vena dengan ukuran yang bervariasi. Beberapa alveoli muncul dari dinding bronkhiolus respiratorius. Suatu prosessus sitoplasmatik dari epithelium bronkhiolus respiratorius dan melanjutkan diri ke dinding alveolus.
Duktus alveolaris merupakan percabangan dari bronkhiolus respiratorius. Pada potongan yang agak tebal terlihat sebagai suatu tabung berdinding tipis yang dibatasi oleh mulut lebar dari sakus alveolaris. Sakus alveolaris berbentuk polihedral dan hanya terbuka pada sisi yang menghadap ke duktus alveolaris. Mulut sakus alveolaris disokong dengan serabut elastis, kolagen dan otot polos, mereka kelihatan sebagai ujung jarum pentul.
Dari duktus alveolaris muncul satu alveolus dan sakus alveolaris dengan dua sampai empat alveoli, alveoli berbentuk kantong polihedral yang satu sisinya hilang, sehingga udara dapat berdifusi secara bebas melalui duktus alveolaris. Sakus alveolaris masuk kedalam alveoli. Komponen yang paling menjolok dari dinding alveolus adalah jala kapiler yang padat yang beranastomosa secara bebas sehingga kerap kali ruang yang ada diantara kapiler lebih sempit dari lumen kapilernya. Dinding alveolus banyak mengandung serabut retikuler dan serabut elastis dalam jumlah lebih sedikit. Kedua macam serabut ini merupakan rangka dinding yang cukup kuat dari kantung hawa yang dikelilingi kapiler. Kapiler tersusun sedemikian rupa sehingga menggembung kearah alveoli dan sebagian besar dari permukaannya menghadap ke alveoli. Serabut retikuler dan elastis terdapat pada sentral dari septa alveolus.
Porus alveolaris merupakan lubang kecil yang terdapat pada dinding tipis alveoli. Porus tersebut mempunyai diameter tujuh sampai sembilan mikron. Pada penderita Pneumonia fibrinosa dapat dilihat bahwa fibrin melintasi alveolus satu ke alveolus yang lain.
Susunan dinding alveoli mudah dilihat dengan menggunakan elektron mikroskop. Bagian pokok yang menyusun dinding alveolus berupa sitoplasma dan sel alveolus kecil yang mempunyai bentuk mirip dengan endothelium. Berbatasan dengan sel ini terdapat sel endothelium kapiler, sel septa atau sel alveolus besar.
Sel alveolus kecil merupakan sel squomus yang sangat tipis dan membentuk dinding kontinyu, dan kadang diselingi oleh sel septa yang menjorok ke arah lumen. Pada manusia tebal sitoplasmanya 0,2 m, kecuali pada tempat dimana ditemukan inti. Dibawahnya terdapat membran basalis yang berbatasan dengan membrana basalis endothelium kapiler.
Sel alveolus besar / sel septa / sel skretorik berbentuk kuboid atau bulat, dapat dilihat dengan mikroskop cahaya. Ditemukan pada septa atau menjulur ke lumen alveolus. Dapat ditemukan sendiri atau bergerombol dua atau tiga sel. Mempunyai mikrovilli pada permukaan bebasnya dan membentuk junktional komplekses dengan sel alveoli kecil didekatnya. Golgi komplek cukup mencolok dan ditemukan RES, banyak ribosoma bebas sehingga diduga sel ini mempunyai kegiatan sekretorik ditemukannya benda osmeofilik padat berukuran 0,2 – 1 m diameter yang tersusun sebagai lamela paralel atau konsentris. Benda tersebut disebut kitosoma / benda multi-lamelar, dibatasi oleh membran yang banyak mengandung fosfolipida. Benda ini banyak kelihatan dipermukaan sedang dilepas oleh selnya. Produk dari sel ini diduga akan menyebar kepermukaan alveolus, mengecilkan tensi permukaan dan menstabilisasikan diameter alveolus.
Sel fagosit / sel debu adalah sel makrofag bebas. Sel ini juga ditemukan dalam alveoli. Apabila didalamnya terdapat debu yang terhisap waktu inspirasi, maka disebut sel debu. Hemosiderin yang merupakan sisa dari pigmen tersebut juga kerapkali ditemukan pada sel ini, karena fagositosis sel darah merah, misalnya pada kongesti pulmonum. Mengenai asal dari sel ini masih belum diketahui. Ada yang mengira berasal dari sel septa, tapi ada pula yang mengatakan berasal dari limfosit atau monosit. Sel alveoli kecil tidak bersifat fagositik.
Vasa Darah
Pulmo menerima darah dari arteri pulmonalis. Berjalan dan bercabang-cabang mengikuti bronkhus, dari sini bercabang lagi dan mengikuti duktus alveoli yang berasal dari duktus tersebut diatas. Venula berasal dari kapiler, kapiler septa alveolus dan bagian duktus alveolaris, kemudian berjalan melalui jaringan ikat inter-segmental, tak sejalan dengan arteri dan bergabung membentuk vena pulmonalis.
Pulmo masih mendapat vaskularisasi dari arteri lain yaitu : Arteri bronkhialis, yang jauh lebih kecil dari arteri pulmonalis. Vasa terutama memberi darah pada bronkhi, glandula pada bronkhi dan jaringan ikat interloler, dibawah pleura. Sebagian besar darah yang dibawa oleh arteri bronkhialis. Pada alveoli yang timbul dari bronkhiolus respiratorius terdapat anastomosa antara ujung arteri pulmonalis dan arteri bronkhialis.
Vasa Limfe
Vasa limfe terdapat pada bagian yang mengandung jaringan ikat padat yang menghalangi tersebarnya udara. Jelasnya vasa limfe ditemukan pada pleura viseralis, septa interlobularis, jaringan ikat padat yang menyelubungi bronkhiolus, bronkhi arteria dan vena, sedangkan pada septum inter-alveolare tidak ditemukan.
Vasa limfe pada pulmo dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : bagian superfisial dan bagian provundal. Bagian superfisial terdapat pada pleura viseralis. Yang besar berjalan melalui tempat perhubungan antara septa interlobularis dan pleura.
Limfe pleura berhubungan satu dengan yang lain dan berakhir pada nodus limfatikus pada hilus pulmo. Bagian provundal terdiri atas tiga bagian, yakni : terdapat pada dinding luar dari bronkhiolus dan bronkhi. Bergabung bersama dengan cabang dari arteri pulmonalis berjalan pada septa interlobularis. Berakhir pada nodus limfatikus yang terdapat pada batas pulmo.
Nervi
Pleksus saraf pada pangkal paru dibentuk oleh cabang dari nervus vagus dan ganglion thorasikus simphatis. Serabut saraf bronkho-konstriktor berasal dari nervus vagus, sedangkan bronkho-dilatator bersifat simphatis. Vasa pulmo diinervasi oleh saraf simphatis maupun saraf parasimphatis. Saraf simphatis bersifat konstriktor terhadap arteri bronkhialis.
Pleura
No comments:
Post a Comment