Friday, March 20, 2009

2. Histologi Sistem Pencernaan

SISTEM PENCERNAAN

Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar-kelenjar yang berhubungan. Fungsi sistem pencernaan adalah memperoleh metabolit-metabolit yang diperlukan untuk pertumbuhan dan energi yang diperlukan bagi tubuh dari makanan yang dimakan. Sebelum disimpan atau digunakan sebagai energi, makanan dicernakan dan diubah menjadi molekul-molekul kecil yang dapat dengan mudah diabsorpsi melalui dinding saluran pencernaan.

Saluran pencernaan dimulai dari bibir sampai dengan anus. Pada beberapa tempat mengalami dilatasi serta menempuh arah yang berliku-liku. Makanan dapat bergerak ke belakang karena adanya gerakan peristaltik, dan gerakan anti peristaltik (muntah, memamah biak). Gerakan ini dimungkinkan karena adanya lapisan otot (tunica muscularis) pada dinding saluran pencernaan.

I. RONGGA MULUT

a. Bibir / Labia

Terdiri dari susunan otot kerangka dibagian luar dibungkus oleh kulit dan dibagian dalam selaput lendir kutan. Bagian luar / kulit ditandai dengan adanya rambut, kelenjar palit, kelenjar peluh dan epidermis yang bertanduk. Bagian tengah terdiri dari bagian otot kerangka. Bagian dalam berbatasan dengan rongga mulut terdiri dari selaput lendir kutan yang pada sub mukosa terdapat kelenjar. Pada domba, kambing dan karnivora kelenjar tersebut bersifat mukous. Integumentum labialis memiliki ujung-ujung saraf disamping rambut peraba (tactile hairs).

b. Gigi / Dentes

Gigi mengambil peranan dalam proses pencernaan secara mekanik, misalnya memotong, merobek, menggiling dan sebagainya. Bentuk gigi erat hubungannya dengan macam makanan yang dimakan, perhatikan gigi anjing, kucing dengan gigi pemakan rumput misalnya kuda, sapi.

Secara mikroskopis pada gigi terdapat :

1. Lapis Email (Substantia adamantina)

Lapisan ini berwarna kebiruan padat dan paling keras dari bagian gigi lainnya. Lapis email ini terdiri dari bahan organik sebanyak 96 %, permukaan luar ditutupi oleh kutikula yang bersifat tahan pengaruh luar tetapi sedikit rapuh.

Pada gigi tipe brakhidon misalnya karnivora babi dan manusia, lapis email terbatas pada daerah mahkota saja. Pada gigi tipe hipsodon seperti gigi kuda, lapis email terdapat mulai dari mahkota sampai akar gigi bahkan mengelilingi infundibulum gigi. Pada gigi graham lapis email membentuk lipatan-lipatan. Ruminansia memiliki tipe gigi campuran, gigo pemotong tergolong brakhidon, tetapi gigi graham bertipe hispodon.

2. Lapis dentin (substansia eburnea)

Bagian utama gigi, berwarna kekuningan dan langsung membungkus pulpa gigi. Bahan mirip dengan tulang bahkan lebih keras.

Bagian yang berbatasan dengan pulpa gigi terdapat susunan sel-sel dengan penjuluran panjang menyusup kedalam bagian dentin yang berkapur disebut edentoblas. Bagian yang berkapur ini mirip dengan matriks tulang, yang mengandung serabut kolagen tersusun paralel terhadap permukaan gigi pada mahkota gigi. Jadi dentin mirip dengan tulang rawan yang terdapat kanalikuli berupa buluh dentin (dentinal tubuluh). Dentin sangat peka terhadap pengaruh makanan panas, dingin, asam dan sebagainya karena mengandung serabut saraf.

3. Lapis sementum (substansia ossea)

Berupa modifikasi tulang yang memiliki lamel-lamel berjalan hampir sejajar terhadap permukaan gigi dan didalamnya terdapat lakuna dna kanalikuli, tempat bagian sel dan penjulurannya. Serabut kolagen berjalan tegak lurus terhadap permukaan gigi dan disebut serabut sharpey. Lapis ementum membungkus akar gigi dan lapis email didaerah leher gigi.

4. Pulpa gigi

Berupa rongga pada bagian dalam gigi yang diisi oleh jaringan ikat halus tanpa adanya serabut elastis, tetapi banyak saraf dan pembuluh darah rambut. Serabut kolagen disini ada dalam bentuk fibril terdapat diantara sel-sel yang saling berhubungan.

Pada bagian tepi terdapat leretan sel, ondontoblas, ditandai dengan inti yang lonjong terletak di basal sitoplasmanya berbutir.

Periosteum Alveolares

Terdiri dari jaringan ikat yang mengisi rongga antara dinding alveolus dari rahang dan akar gigi. Jaringan ini kuat tampak adanya serabut elastis. Serabut kolagen menyebrang dari dinding alveolus ke lapis sementum, sebagai alat pertautan yang cukup kokoh.

c. Pipi / Buccae

Pipi memiliki lapis pokok, yakni :

· Lapis luar (Intergumentum buccales) terdiri dari otot kerangka dan kelenjar (glandula buccales), terletak pada sub mukosa bahkan diantara otot.

· Lapis dalam, terdiri dari selaput lendir kutan. Pada anjing dan ruminansia berpigmen. Pada ruminansia terdapat papil-papil makroskopik berupa penonjolan selaput lendir yang berperan membantu pencernaan makanan.

d. Langit-Langit / Palatum

Ada dua yaitu : palatum molle dan palatum durum. Palatum molle terdiri dari otot kerangka di bagian tengahnya, bagian oral dibalut oleh selaput lendir kutan dan bagian aboral oleh selaput lendir berkelenjar dengan epitel silindris banyak baris bersilia.

Jaringan limpoid terdapat pada kedua bagian. Pada kuda dan babi membentuk tonsil dan terdapat sepasang seperti pada manusia. Sedangkan palatum durum menunjukkan rigi-rigi, karena penebalan mukosa sub mukosa mengandung pleksus venosus.

e. Gusi / Ginggive

Gusi memiliki selaput lendir kutan dengan jaringan ikat yang kuat, serta banyak mengandung serabut elastis yang langsung melekat pada periost. Pada gusi tidak terdapat kelenjar dan limfonodus. Epithel pipih banyak lapis memberikan papil-papil dan memiliki stratum korneum, sednagkan ototnya terdiri dari otot kerangka.

f. Lidah / Linguae

Lidah merupakan organ muskular yang ditutupi oleh membrana mukosa. Berperan dalam prehensi, mastikasi, dan perasa. Terdiri dari epitel squamosum kompleks dan otot kerangka dengan jaringan ikat penunjang yang banyak mengandung lemak dan pada bagian tertentu terdapat kelenjar ebner.

Pada lidah terdapat empat (4) macam papil (papillae linguales) yakni :

1. Papillae filiformis

Berupa penonjolan jaringan ikat dari lamina propria dengan epitel berkeratinosasi. Bentuk papil tergantung pada jenis hewannya. Karnivora memiliki bentuk paling jelas seperti kuku harimau. Bagian yang mengarah ke depan terdapat papil penunjang, yang memanjang papil primer di belakangnya. Bentuk ini paling jelas terdapat pada kucing.

Pada kuda keledai dan babi, bentuk papil besar memanjang dan tunggal. Pada ruminansia papil bercabang-cabang dengan epitel penutup berbentuk rambut, bertanduk, pendek. Ciri khas papil ini tidak memiliki putik pengecap dan kelenjar pada sub mukosa. Fungsi papil ini adalah mendorong makanan kedalam rongga mulut.

2. Papillae fungiformis.

Bentuknya mirip jamur dengan jaringan ikat mengandung pembuluh darah dan saraf. Epitelnya non keratinisasi dan jarang mengandung putik pengecap, terutama pada sapi dan kuda tetapi sering tampak pada domba, kambing, babi dan karnifora.

3. Pappilae circumvallate/ papillae vallatae

Bentuknya mirip papillae filiformis tetapi lebih besar. Bersifat soliter dan memiliki alur samping cukup dalam. Oleh karenanya sering disebut alur pengecap. Lamina propria membentuk papil-papil mikroskopik dan banyak mengandung saraf serta limfosit. Pada sub mukosa dan bahkan diantara otot lidah terdapat gugus kelenjar sereus dengan saluran bermuara pada dasar alur pengecap. Kelenjar lidah ini dikenal sebagai Von ebner. Papila ini umumnya memiliki putik pengecap cukup banyak, tapi pada kucing sedikit, kecil dan terdapat pada dasar alur pengecap.

4. Papillae foliatae

Bentuknya seperti daun yang tersusun paralel dan diantaranya terdapat alur pengecap. Pada sub mukosa dan diantara otot lidah terdapat banyak kelenjar sereus yang bermuara pada alur pengecap. Pada kuda dan anjing kelenjar ebner ini snagat subur, pada kucing rudimenter, pada ruminansia dan manusia tidak memiliki. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin banyak putik pengecap pada papil semakin banyak pula kelenjar terdapat pada sub mukosa. Dengan demikian semakin jelas peranan kelenjar ebner dalam membantu putik pengecap pada proses mengecap makanan.

Putik Pengecap (calliculus gustatorius)

Bangun Histologi :

Putik pengecap terdapat intraepitelial, pada epitel pipih banyak lapis. Pada bagian permukaan terdapat pori penegcap, sedangkan bagian bawah berbatasan dengan membran basal.

Pada putik pengecap terdapat :

· Sel-sel pengecap, tergolong neuro epitel. Bentuknya silindris, langsing dan pada permukaan kutub bebasnya dilengkapi dengan rambut pengecap. Berbentuk mikrofili yang dikitari bahan homogen bersifat eusinofil. Intinya berbentuk lonjong mengambil warna sedikit lebih kuat daripada sel penunjang. Pada setiap putik pengecap terdapat lebih kurang 6 sel pengecap.

· Sel Penunjang, berbentuk silindris, gemuk dengan banyak mengandung sitoplasma. Inti bulat dan warna pucat. Sel penunjang terdapat mengitari sel pengecap (neuroepitel).

g. Kelenjar air liur / glandula salivares

Fungsi kelenjar air liur adalah membasahi dan melumasi rongga mulut dna usus, memulai pencernaan makanan, menyelenggarakan ekskresi zat-zat tertentu. Pada dinding rongga mulut terdapat 3 kelenjar air liur utama yaitu :

1. Kelenjar parotis / glandullae parotis

Kelenjar yang tergolong paling besar bersifat sereus murni. Dalam tiap lobulus selain terdapat ujung kelenjar sereus ditemukan pula 2 benuk alat penyalur yaitu duetus intercalatus dan ductus spreatus (intralobularis). Diantara ujung kelenjar terdapat jaringan ikat interstitial. Pada jaringan ikat interlobularis dan pembuluh darah. Ductus ini dan ductus parotideus memiliki epitel silindris banyak lapis dan sering terlihat adanya sel mangkok. Kelenjar parotis dari karnifora dan domba muda terdapat bagian yang bersifat mukous. Sekreta kelenjar parotis bersifat encer, mengandung protein tanpa musin.

2. Kelenjar mandibularis

Umumnya mirip kelenjar parotis, hanya saja ujung kelenjar bersifat seromukous.

3. Kelenjar lingualis

Kelenjar ini tergolong kelenjar campuran, tetapi sel-sel mukous relatif lebih banyak daripada sel-sel sereus. Disamping kelenjar utama terdapat pula kelenjar yang lebih kecil yang disebar pada dinding rongga mulut. Diantaranya :

1. Kelenjar Lidah / glandula linguales

Terletak dalam sub mukosa bahkan lebih dalam lagi diantara otot lidah. Banyak terdapat di dalam akar lidah, pinggir lidah, dan dibawah papil lidah yang memiliki putik pengecap. Bersifat sereus yang dikenal sebagai kelenjar von ebner.

2. Kelenjar bibir / glandula labiales

Pada karnivora, kambing dan domba bersifat mukous.

3. Kelenjar pipi / glandula buccales

Pada kuda dan babi bersifat kelenjar campuran, pada sapi, kambing dan domba bagian ventral bersifat sereus.

II. FARING

Berupa rongga dimana tujuh saluran bermuara kedalamnya. Secara histologik dibedakan atas nasofaring dan orofaring.

· Nasofaring

Selaput lendirnya adalah selaput lendir berkelenjar, dengan epitel silindris banyak baris bersilia, dan diantaranya terdapat sel mangkok. Pada propria mukosa terebar kelenjar seromukous dan jaringan limfoid. Ujung kelenjar seromukous lebih banyak memiliki sel yang bersifat sereus.

· Orofaring

Selaput lendirnya adalah selaput lendir kutan dengan banyak papil mikroskopik. Pada tunika propria terdapat kelenjar mukous dan jaringan limfoid yang membentuk tonsil. Fascia bagian dalam merupakan batas dengan selaput lendir yang terdiri dari serabut elastis. Dibawahnya terdapat lapis otot kerangka yang tersusun secara memanjang dan melintang. Fascia bagian luar terdiri dari serabut kolagen dengan sedikit serabut elastis, dan langsung berbatasan dengan adventisia yang banyak mengandung pembuluh darah, limfe, saraf, dan folikel getah bening.

III. ESOPHAGUS

Berupa saluran yang cukup panjang yang menghubungkan faring dengan lambung. Terbagi atas tiga daerah antara lain : pars cervicis, pars thoracis, dan pars abdominis. Esophagus memiliki lapis umum saluran pencernaan secara lengkap yaitu:

a. Tunika Mukosa

- Selaput lendir kutan membentuk lipatan-lipatan memanjang. Epithel pipih banyak lapis pada herbivora bertanduk tapi pada karnivora tidak.

- Tunika propria tidak tampak kelenjar dan terdiri dari jaringan ikat yang banyak mengandung sel.

- Muskularis mukosa, terdiri dari otot polos tersusun memanjang. Pada kuda, ruminansia dan kucing lapis ini terpisah-pisah pada kira-kira setengah esophagus bagian depan, sedangkan sisanya merupakan lapisan yang utuh sebagaimana pada manusia. Pada anjing dan babi tidak tampak muskularis mukosa pada bagian depan, hanya bagian dalam rongga perut memiliki lapis yang utuh.

b. Sub Mukosa

Terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung sel lemak, pembuluh darah, jaringan limfoid dan kelenjar (glandula esophageae). Persebaran dari pada kelenjarnya tergantung pada daerah dan jenis hewannya. Anjing memiliki kelenjar cukup jelas, babi hanya jelas pada pertengahan esophagus, bagian belakang selebihnya sedikit dan kecil-kecil. Kuda, ruminansia dna kucing tidak memiliki kelenjar kecuali pada daerah peralihan faring dan esophagus.

c. Tunika Muskularis

Terdiri dari otot kernagka dan otot polos tergantung pada daerahnya. Sebagian besar terdiri dari otot kerangka, kecuali daerah sepertiga bagian belakang terdiri dari otot polos. Tunika muskularis membentuk lapis melingkar (dalam), dan memanjang (luar) dan dipisah oleh jaringan ikat. Pada ruminansia dan anjing seluruh esophagus terdiri dari otot kernagka bahkan pada ruminansia meluas sampai sulcus reticuli dan rumen.

d. Tunika Adventisis

Di daerah leher esophagus dibalut oleh adventisia tetapi di daerah dada dan perut dibalut oleh serosa.

IV. LAMBUNG

Dibedakan atas 2 bagian yaitu lambung depan tanpa kelenjar dan lambung belakang / lambung sejati dengan kelenjar. Dengan demikian terdapat lambung ganda misalnya pada ruminansia.

a. Lambung depan (Proventriculus)

Memiliki 3 daerah :

1. Rumen (lambung handuk)

2. Retikulum (lambung jala)

3. Omasum (lambung buku)

Ciri khas lambung depan :

- Berselaput lendir kutan. Pada epitel pipih banyak lapis yang bertanduk terdapat gelembung-gelembung, selanjutnya disebut sel gelembung (vesiculated cell).

- Tidak terdapat kelenjar pada mukosa maupun sub mukosa.

1. Rumen

Mukosa membentuk penjuluran makroskopik berbentuk batang yang hampir sama tingginya. Muskularis mukosa tidak tampak sehingga tunika propria berbatasan langsung dengan sub mukosa. Pada sub mukosa terdapat banyak pembuluh darah dan saraf tanpa adanya folikel getah bening.

Sel gelembung terdapat pada stratum lucidum yang sitoplasmanya sulit mengambil zat warna. Didalamnya terdapat asam lemak dan pada sel-sel stratum corneum terdapat lipida dalam bentuk trigliserida.

Tunika muskularis terdiri atas 2 lapis : lapis dalam tersusun melingkar dan lapis luar tersusun memanjang. Diantaranya terdapat jaringan ikat dengan ganglion otonom. Subserosa agak tebal dan banyak mengandung sel lemak, pembuluh darah dan saraf. Lapis paling luar terdiri dari serosa.

2. Retikulum

Mukosa membentuk penjuluran makroskopis yang memberikan aspek sebagai anyaman jala. Bangun mikroskopis mukosa mirip dengan rumen, hanya pada penjuluran-penjuluran tinggi tedapat otot polos sebagai kelanjutan dari muskularis mukosa esophagus.

Muskularis mukosa tidak ada.Tunika muskularis seperti pada rumen terdapat 2 lapis dengan susunan yang berbeda, dan merupakan kelanjutan dari tunika muskularis esophagus. Suleus reticuli (ventriculer groove) jelast erdapat pada hewan muda yang masih menyusui, yang secara tofografis terdapat di daerah retikulum omasum dan abomasum.

3. Omasum

Mukosa membentuk penjuluran yang tinggi. Meskipun penjuluran satu dengan lainnya tidak sama tingginya. Tidak terdapat folikel getah bening, tetapi muskularis mukosa ada dan ikut naik mengikuti penjuluran sampai puncaknya. Pada penjuluran yang tinggi otot polos dari tunika muskularis ikut naik dan pada puncak penjuluran bersatu dengan muskularis mukosa. Pada penjuluran yang rendah hanya muskularis mukosa yang baik dan menyebar membentuk balok otot polos.

Pada lantai omasum didapat lipatan mukosa yang pada kambing sering ditemukan kelenjar bersifat mukous atau seromukous. Bahkan pada sulcus reticuli domba dapat ditemukan kelenjar meskipun tidak begitu nyata. Tunika muskularis ada 2 lapis : lapis luar tipis dna lapis dalam lebih tebal.

b. Lambung belakang / lambung sejati

Ciri khas :

- Memiliki lapis umum lengkap

- Berselaput lendir, berkelenjar dengan epithel silindris sebaris.

Berdasarkan macam kelenjarnya dibedakan atas 3 daerah yaitu :

1. Daerah kardia dengan kelenjar kardia

Epitel permukaan silindris sebaris, pada daerah foveolae gastrikae epitel semakin rendah dan selanjutnya berubah menjadi epitel kelenjar kardia. Pada tunia propria terdapat kelenjar kardia yang bersifat majemuk dengan ujung kelenjar membentuk gulungan. Lumen kelenjar cukup jelas dengan epitel berbentuk kubis atau piramidal, pada kutub bebasnya terdapat butir-butir musigen (babi). Parenkhim terdiri dari sel pembentuk lendir dari sel. Fungsi kelenjar kardia menghasilkan lendir (mukous).

2. Daerah fundus dengan kelenjar fundus

Kelenjar ini paling luas penyebarannya. Bangun kelenjarnya sedikit berbeda dengan kelenjar kardia, karena kurang bercabang dan ujung kelenjarnya agak lurus. Leher kelenjar dapat jelas dibedakan dari badan kelenjarnya karena bentuk epitelnya yang berbeda, terdiri dari sel leher, sel utama dan sel parietal.

- Sel leher (mucous neck cells)

Bentuknya silindris rendah, inti terletak di basal, mengandung butir-butir yang dapat diwarnai dengan musikarmin. Sel leher tidak banyak jumlahnya dan terdapat diantara sel parietal dan sel utama di daerah leher kelenjar. Secara makroskopik elektron sel leher memiliki mikrivili pendek pada permukaan sel, dipertautkan oleh desmusoma dengan sel yang lainnya. Pada kutub bebasnya terkumpul butir-butir berbentuk lonjong. Apparatus golgi jelas dna mitokhondria banyak. Sel leher menghasilkan lendir dan mungkin urease.

- Sel utama (chief cells / zymogenic cells)

Berbentuk kubis atau silindris rendah, tersebar pada ujung kelenjar dan paling banyak jumlahnya. Sel utama mengandung butir-butir yang jelas pada kutub bebasnya dan diduga mengandung pepsinogen, suatu bahan yang nantinya membentuk pepsin. Secara mikroskop elektron terlihat butir-butir zymogen, apparatus golgi yang bersifat supranutreal dan granuler endoplasmic reticulum. Pada sediaan histologik sitoplasma memberi aspek basofil. Fungsi menghasilkan pepsin dan renin (pada hewan muda)

- Sel parietal (oxyntic cells)

Selnya besar dan tersebar diantara sel utama dna sedikit menonjol keluar. Bentuknya piramidal atau bulat, intinya besar dna bulat. Sitoplasmanya mengambil warna kuat dengan eosin, phloxin dan asam anilin B. Ciri khas dari sel parietal adalah intra selular kanalikuli berupa jalinan saluran halus sekitar inti, bermuara melalui ujung sel ke dalam lumen kelenjar fundus. Secara mikroskop elektron kutub bebas sel parietal menunjukkan invaginasi dalam membentuk kanalikuli. Sedangkan kanalikuli diperlengkapi dengan mikrovili yang cukup panjang. Kutub bebas sel parietal menonjol bebas kedalam lumen kelenjar dan berbatasan dengan sel zymogen disekitarnya melalui terminal bars dan desmosoma. Sitoplasma memiliki banyak mitokhondria granuler reticulum dan ribosoma sangat sedikit dan tidak menunjukkan adanya butir sekreta. Apparatus golgi mengambil posisi intranuklear. Fungsi menghasilkan HCL.

- Sel Argentafin (Enterochromaffin cells)

Selain pada usus sel argentafin terdapat pula pada fundus, tapi jarang pada pilorus. Sel ini tersebar soliter diantara sel zymogen, berbentuk bulat atau memipih dan dalam sitoplasmanya tersebar butir-butir halus yang dapat diwarnai dengan garam perak atau khrom. Secara isoteknik dibedakan atas : true argentafin dan argylopholic cells, karena yang pertama spesifik granula dan mampu mereduksi garam perak tanpa mendapat pengerjaan pendahuluan, sedangkan yang ke dua justru memerlukan bahan untuk mereduksi sebelum butir-butir bereaksi dengan perak.

Secara elektron mikroskop inti menunjukkan adanya invaginasi dari dinding inti. Dalam sitoplasmanya banyak tersebar butir-butir berbentuk bulat, masing-masing terbungkus oleh membran yang longgar. Fungsi diduga sebagai tempat sintesa dan penyimpanan dari 5-hidroksitriptamin (serotonin), suatu bahan perangsang kontraksi otot polos. Disamping itu juga menghasilkan gastrin dan bradikinin yang berfungsi untuk mengatur aktifitas motor

3. Daerah pilorus dengan kelenjar pilorus

Ciri khas pilorus memiliki tebal foveolae gastriae yang paling dalam, menjorok sampai kira-kira separuh dari tebal selaput lendirnya. Tipe kelenjarnya adalah tubulus sederhana berdabang dengan ujung kelenjar berkelok-kelok. Lumen ujung kelenjar agak luas. Epitelnya silindris, intinya terletak di basal, sitoplasma beraspek cerah. Butir-butir sekretanya tidak jelas. Diantara sel-sel ujung kelenjar sering terlihat adanya sel Stohr dengan sitoplasma dengan berwarna merah dan posisi inti lebih ke tengah. Sel ini terlihat pada babi namun peranannya belum diketahui dengan pasti. Fungsi : menghasilkan mukous sedikit protease dan gastrin.

V. USUS

Secara umum usus berperan sebagai :

- Tempat terjadinya pencernaan akhir dengan bantuan enzyma dari usus dan pankreas serta empedu dari hati.

- Tempat penyerapan dari bahan-bahan yang telah dicerna yang diperlukan tubuh misalnya karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan air.

- Melakukan / membuang ampas-ampas pencernaan

a. Usus halus (intestinum tenue)

Terdiri dari : duodenum , jejunum, dan ileum. Ciri umum : berselaput lendir berkelenjar yang membentuk vili untuk kelancaran penyerapan. Memiliki 3 macam sel pada epitel permukaan yakni : sel penyerap, sel mangkok dan sel argentafin. Memiliki lapis umum lengkap.

Secara mikroskopis tunika mukosa memiliki 3 lapisan yakni :

- stratum villosum merupakan lapisan yang terdiri dari villi tanpa kelenjar.

- Stratum glandulare memiliki lapis tunika propria yang mengandung kelenjar Liberkhun.

- Stratum subglandulare merupakan bagian tunika propria yang bebas kelenjar langsung diatas muscularis mucosa. Pada karnivora dibedakan 2 strata yakni stratum granulosum dan stratum compacticum.

Macam-macam sel pada epitel permukaan usus halus :

1. Sel penyerap (absortive cells)

Lamina epiteliasis mukosa dikenal sebagai epitel penyerap apada usus halus. Bentuknya silindris tinggi dan permukaan kutub bebasnya diperlengkapi dengan streated (mikrovili) border. Pada sitoplasma dibawah streated border bebas organoida dan para plasma lapisan ini disebut terminal web. Secara mikroskop elektron mikrovili tampak sebagai penjuluran sitoplasma yang panangnya 1,0 – 1,4 mikron dan diameternya 80 milimikron. Organoida sel terdapat dibawah terminal web misalnya kitokhondria, agranular, endoplasmik retikulum. Apparatus golgi terletak supra nuklear. Dalam sitoplasma daerah kutub basal tersebar mitokhondria, granular RES dan ribosoma bebas.

2. Sel mangkok (Goblet cells)

Tersebar secara tidak teratur diantara sel penyerap dan melekat dengan juxtaluminal junctional complex. Sel ini dianggap kelenjar uniselular, daerah kutub bebas membesar karena menimbun butir musigen. Daerah kutub basal menyempit, mengandung inti dan sitoplasma yang bersifat basofil. Secara mikroskop elektron granular endoplasma retikulum dan aparatus golgi cukup jelas, terdapat antara musigen dan inti. Butir musigen muncul dari apparatus golgi dan memiliki selaput halus yang mudah pecah pada sediaan rutin, mempunyai tendensi untuk menggembung sehingga sulit untuk mempelajari mekanisme sekresinya. Selaput butir musigen dapat bergabung satu dengan yang lainnya bahkan dengan plasmalemma sehingga mukous dapat keluar dengan bebas. Pada usu halus sel mangkok semakin kebelakang semakin banyak dan menghasilkan mukous (lendir sebagai pelicin).

3. Sel Argentafin

Terdapat pada semua hewan piara pada sepanjang saluran gastrointestinal, khususnya pada epitel kelenjar lieberkuhn dan kelenjar duodenum. Juga tersebar pada epitel penyerap di daerah Crypto of Lieberkhum, sel argentafin dibedakan dari sel tetangganya karena memiliki spesifik granula dalam sitoplasmanya dan tersebar secara soliter. Fungsi : belum jelas tetapi terdapat anggapan bahwa serotonin yang dikandungnya memiliki daya rangsang neuromuskular apparatus untuk meningkatkan peristaltik.

4. Sel Paneth

Pada usus halus paneth tersebar pada dasar ujung kelenjar lieberkhum selnya berbentuk silindris atau piramidal inti bulat terletak di basal. Sitoplasmanya bersifat basofil dan pada kutub bebasnya berkumpul butir-butir sekreta yang dapat diwarnai dengan eosin dan orange G.

Secara histokimia dibuktikan adanya protein, hidrat arang dan arginin dalam butir sekreta. Peranannya belum jelas, pada tikus sekreta mengandung sulfatid mucosakharida dan protein dasar yang diduga mengandung lisosim suatu ensym yang menghancurkan kuman. Bila pendapat ini benar jelas adanya efek bakterisid dari sel paneth. Selain pada usu halus sel paneth terdapat pada usus halus dan caecum. Carnivora dan babi tidak memiliki sel paneth.

Villi Usus (Villi Intetinales)

Vili merupakan penjuluran selaput lendir yang menjorok kedalam lumen usus halus. Panjangnya 0,5 – 1,5 mm. Pada duodenum berbentuk daun sedangkan pada ileum berbentuk jari-jari.

Pada tiap villus terdapat 3 unsur yaitu pembuluh limfe (pembuluh khil), pembuluh darah dan saraf. Pada yang tergolong besar misalnya pada domba sering terdapat 2 pembuluh khil. Tunika propria banyak mengnadung serabut elastis, leukosit dan otot polos yang bersifat soliter. Yang terakhir ini berasal dari muskularis mukosa dan naik sampai ujung villus. Villi berfungsi untuk memperluas permukaan penyerapan, sednagkan mekanisme penyerapan dilakukan oleh sel-sel penyerap. Resorbsi lemak ditampung dalam pembuluh khil dan sisanya dalam pembuluh darah.

Villi hanya terdapat pada usus halus. Pada karnivora bentuknya langsing dan panjang, pada ruminansia pendek dan tebal. Bentuk, ukuran dan jumlahnya / cm² tergantung pada daerah usus halus. Kontraksi otot polos menyebabkan pemendekan villus dan terbentuklah lipatan melingkar dari epitel penutup, yang mendorong isinya kedalam pembuluh limfe / darah yang lebih besar. Pada relaksasi serabut elastis yang tadinya meregang akan mengembalikan pada posisi semula.

Kelenjar Usus (Glandula Intestinalis / Kelenjar Lieberkuhn)

Kelenjar ini terdapat dalam tunika propria mulai dari duodenum sampai anus, bentuknya tubulus sederhana. Epitel kelenjar ini silindris rendah dan mikrovilli tidak jelas. Sel mangkok tetap ada meskipun agak lebih banyak dan bentuknya lebih kecil serta langsing. Pada usus kasar jumlah sel mangkok makin banyak dan kelenjar semakin lurus. Pada crypt of lieberkhum epitel permukaan berubah menjadi epitel kelenjar. Di daerah ini bentuk selnya silindris rendah dan bersifat mitosis aktif dan diduga tempat terjadinya regenerasi.

Kelenjar lieberkhum menghasilkan lendir dna beberapa enzym pencernaan yang memecah peptida lemak dan karbohidrat. Juga menghasilkan neterokinase yang mengaktifkan tripsinogen dari getah pankreas.

Kelenjar Duodenum (Kelenjar brunenr)

Kelenjar ini terdapat dalam sub mukosa. Kadang-kadang dapat sedikit menjorok ke dalam tunika propria. Kelenjarnya tergolong tubuloalveolar bercabang dengan epitel kelenjar yang mengandung warna agak cerah dibandingkan dengan kelenjar lieberkhum. Epitel kelenjar berbentuk silindris rendah inti bulat terletak di basal, pada karnivora mirip sel-sel dari kelenjar filorous. Di sekitar lobulus atau ujung kelenjar sering tampak otot polos yang berasal dari muskularis mukosa. Alat penyalurnya memiliki epitel silindris dan mengandung sel mangkok dan bermuara pada crypte lieberkhum.

Secara mikroskop elektron sel-sel ujung kelenjar memiliki banyak mitokhondria dan basal ergastoplasma atau granular endoplasmik retikulum. Apparatus golgi tumbuh subur dan diduga merupakan tempat sitensis dari fraksi karbohidrat sedangkan frkasi protein terjadi dalam granular endoplasmik retikulum dalam membentuk butir sekreta.

Folikel Getah Bening (lymphonodulus)

Pada usus halus lymphonodulus umumnya bersifat soliter tetapi sering mengelompok membentuk lymphonoduli agregati (daun peyer) misalnya pada ileum. Limfonoduli solitarii cukup banyak berbentuk bulat atau lonjong, terdapat pada tunika propria atau sub mukosa. Banyaknya tergantung pada daerah usus, jenis hewan, serta umur. Pada hewan muda relatif lebih banyak dan besar dari pada yang tua. Babi memiliki jaringan limfoid yang relatif lebih banyak dari jenis yang lain. Pada ayam hampir sepanjang usus terdapat jaringan limfoid. Daun peyer khas terdapat pada ileum. Secara makroskopis tampak bentuk elevasi atau depresi pada selaput lendir. Secara mikroskopik tampak adanya perubahan, misalnya muskularis mukosa tidak tampak, kelenjar lieberkhum dan brunner terdorong ke tepi, villi rendah atau tidak tapak. Tunika propria didaerah itu banyak mengandung limphosit dan leukosit.

Pada tempat dimana sering terjadi stasia dari isi usus, misalnya daerah ileosecal banyak terdapat jaringan limfoid, meskipun pada usus kasar lebih sering terdapat yang soliter. Pada ayam justru semakin kebelakang jaringan limfoid semakin banyak pada sekum sering terbentuk semacam tonsil.

Pada tempat dimana sering terjadi stasia dari isi usus, misalnya daerah ileosecal banyak terdapat jaringan limfoid, meskipun pada usus jasar lebih sering terdapat yang soliter. Pada ayam justru semakin kebelakang jaringan limfoid semakin banyak pada sekum sering terbentuk semacam tonsil.

Tunika muskularis

Pada sepanjang saluran gastrointestinal yang melakukan gerakan peristaltik, memiliki dua lapis otot polos yakni lapis sirkuler dan longitudinal. Diantara kedua lapis terdapat jaringan ikat yang mengandung pembuluh daerah misenterik pleksus dengan kelompok sel saraf multipolar. Kelompok yang besar disebut ganglion pleksus Auerbach terletak pada stratum intermuskulare. Dari sini keluar cabang yang berhubungan engan ganglion pleksus Meisner yang terdapat pada submukosa. Pleksus Auerbach memberikan serabut menuju otot polos yang membentuk tunika muskularis, sedangkan pleksus Meisner memberikan cabang pada selaput lendir. Saluran gastrointestinal dipengaruhi oleh susunan saraf otonom yang terdiri dari kelompok parasimphatikus.

Usus halus yang terdiri dari : Duodenum, Jejunum dan Ileum ditandai dengan adanya villi, sedangkan pada usus kasar tidak ada villi. Ketiganya sulit dibedakan tapi sebagai pedoman bahwa duodenum memiliki kelenjar Brunner dan Ileum memiliki daun peyer disamping tunika muskularis yang lebih tebal. Umumnya tebal tunika muskularis meningkat dalam menuju ileum, kecuali pada sapi yang semakin menipis.

HISTOFISIOLOGI

Dalam usus halus, proses pencernaan diselesaikan dan hasil-hasilnya diabsorpsi. Pencernaan lipida terjadi sebagai akibat kerja lipase pankreas dan empedu. Asam-asam amino dan monosakarida yang erasal dari pencernaan protein dan karbohidrat diabsorpsi oleh sel-sel epitel melalui transport aktif tanpa korelasi morfologis yang dapat dilihat. Pada binatang yang baru lahir pemindahan protein yang tidak dicernakan dari kolostrum terjadi sebagai akibat proses pinositosis pada ujung sel. Dengan jalan ini antibodi yang disekresi kedalam kolostrum dapat dipindahkan ke binatang musa, suatu aspek penting dari mekanisme kekebalan. Kemampuan untuk memindahkan protein ini hampir hilang seluruhnya setelah beberapa hari minimal pada dewasa. Akibat kontraksi dari dua sistem sel yang terpisah sel-sel otot polos berjalan vertikal antara muskularis mukosa dari dua sistem sel yang terpisah sel-sel otot polos berjalan vertikal antara muskularis mukosa dan ujung villi dapat berkontraksi dan memperpendek villi. Untuk menambah kontraksi villi, jala-jala kontraktil myofibroblas merentangkan villi kesamping. Bila sel-sel ini berkontraksi villus yang gemuk pendek, yang berkontraksi sebelumnya kembali ke tinggi asalnya.

Pergerakan yang asinkron terjadi dengan kecepatan beberapa kali per menit. Selama pencernaan, kecepatan meningkat dan binatang yang puasa kecepatannya lebih rendah. Kontraksi ini juga cenderung mengosongkan pembuluh limfe mesentrik. Pergerakan mikrovilli memegang peranan penting dalam proses absorpsi metabolit. Pada gangguan antrofi mukosa usus halus akibat infeksi atau defisiensi nutrisi, absorpsi metabolit sangat terganggu yang mengakibatkan sindroma malabsorpsi. Sering kali limfosit terdapat antara sel-sel epitel usus halus yang kemudian dapat bermigrasi kembali ke lamina propria dan dari sini kembali ke pembuluh limfe.

b. Usus Kasar (Intestinum crassum)

Fungsi utamanya adalah : menyerap air, menyerap vitamin dan mineral, menghasilkan lendir sebagai pelicin. Ciri umum memiliki lapisan umum lengkap Tunika mukosa relatif lebih teba dari usus halus serta tidak memiliki villi. Tidak memiliki sel mangkok dan ujung kelenjar lieberkhum lebih lurus dan panjang.

1. Caecum

Bervariasi dalam ukuran diantara spesies yang ebrbeda. Pada herbivora dengan lambung tunggal misalnya kuda, caecum relatif besar dna penting dalam proses fermentasi bakteri. Tetapi pada karnivora kecil. Pada hewan piara nodulus limfatikus terdapat sepanjang caecum, sedangkan pada anjing, babi dan ruminansia jaringan limfoid terbatas hanya pada ileo caecal. Pada caecum tidak ditemukan villi, struktur yang lain sama dengan usus halus.

2. Colon

Tunika mukosanya tebal karena penambahan dari glandula intestinalis dibandingkan dengan usus halus. Tidak terdapat villi permukaan mukosa halus. Ditandai dengan penambahan sel goblet. Pada sub mukosa ditemukan jaringan limfoid sampai dengan ke lapisan muskularis mukosa. Pada babi dan kuda lapisan longitudinal Tunika muskularis sangat luas yang diselingi oleh serabut elastis. Bahkan pada caecm dan colon lebih banyak dijumpai serabut elastis dibandingkan dengan sel-sel otot polos.

3. Rectum

Seperti juga colon dan caecum permukaan mukosa rectum halus dan cenderung terjadi penambahan sel goblet. Pada dasarnya masing-masing species hewan memiliki struktur histologi sama. Serabut elastis sangat banyak pada kuda dan sapi dan pada kambing domba dan biri-bir sedikit berkurang. Permukaan luar dan dalam mengandung serabut elastis. Semua hewan piara memiliki flexus venosus pada lamina propria. Pada anjing kira-kira seratur nodulus limfatikus tersebar secara soliter.

4. Anus

Di daerah anus epitel berubah menjadi epitel pipih banyak lapis dengan papil mikroskopik dan pada garid anorektual berubah menjadi silindris sebaris. Pada babi dan karnivora daerah ini membentuk zona kolumnaris ani yang mengandung jaringan limfoid secara difuns secara flexus venosus. Kuda dan babi memiliki kelenjar tubulo alveolar disebut kelenjar anus (glandula anales) dengan sekreta bersifat sebagai lendir (babi) atau berminyak (anjing).

Tunika mukosa anus bebas dari kelenjar kecuali pada zona cutanea yang memiliki epitel bertanduk, rambut, kelenjar palit dan kelenjar peluh. Pada anjing didaerah ini terdapat sirkum anal. Bagian superficial terdiri dari kelenjar tubulus dengan epitel pubis, inti pucat dan butir-butir sekreta dalam sitoplasmanya. Pada anus karnivora diadaerah lateral dan ventral terdapat kantong anus (anal sac) yang mengandung kelenjar. Dindingnya memiliki epitel pipih banyak lapis berpigmen dna bertanduk. Lamina propria tidak menunjukkan papil mikroskopis tetapi memiliki jaringan limfoid dengan limfonodulus dan otot polos.

Pada anjing terdapat kelenjar apokrin, kucing kelenjar apokrin dan kelenjar palit yang dikelilingi oleh lapis fibro elastis dan otot polos. Kelenjar-kelenjar daerah anus ini secara klinis penting karena sering terjadi perdarahan yang menyebabkan kesulitan dalam defekasi.

No comments:

Post a Comment